Jakarta – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) terus berupaya melaksanakan berbagai program dan kegiatan sesuai dengan fungsi pengembangan, pelindungan, serta pembinaan bahasa dan sastra bagi masyarakat. Pelaksanaan program, sebagaimana yang telah dilakukan pada tahun lalu, selain dilaksanakan secara tatap muka juga dilakukan dengan memanfaatkan bantuan teknologi digital.
Untuk mengurangi risiko penyebaran virus Covid-19, sejumlah kegiatan seperti diskusi daring, kuliah daring, serta webinar yang berkontribusi bagi masyarakat luas sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Bahasa dilaksanakan dengan metode hibrida atau daring sepenuhnya. Berbagai acara dikemas secara kreatif dan inovatif untuk menghasilkan semangat baru dalam berbahasa.
“Sepanjang bulan Oktober 2021, Badan Bahasa telah menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bentuk festival, lomba, serta penghargaan kebahasaan, baik di pusat maupun di balai dan kantor bahasa di 30 provinsi untuk menyambut Bulan Bahasa dan Sastra (BBS),” kata Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz dalam acara Taklimat Media di Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pada Selasa (28/12).
Aneka keunikan dan kehebatan para pencinta bahasa dan sastra telah mereka tunjukkan dalam berbagai rangkaian kegiatan BBS 2021. Melalui acara Menjalin Indonesia, dari ujung paling barat sampai paling timur Indonesia, dapat disaksikan keanekaragaman kreativitas itu. Demikian pula rangkaian acara yang dikemas dalam tajuk acara festival, penilaian karya, pemilihan duta bahasa, gelar wicara, serta penghargaan kebahasaan dan kesastraan.
“Perayaan BBS tahun ini dilaksanakan penuh semangat dan semarak sebagai suntikan semangat dan kecintaan kepada tanah air dan bangsa Indonesia yang dipersatukan melalui bahasa Indonesia,” ujar Aminudin Aziz.
Di samping itu, sebagai upaya menyebarluaskan bahasa Indonesia sekaligus meningkatkan peran bahasa Indonesia di kancah Internasional, Badan Bahasa setiap tahunnya menyelenggarakan program fasilitasi pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Sepanjang tahun 2021, sebanyak 10.730 pemelajar BIPA di 38 negara telah terfasilitasi melalui 279 penugasan tenaga pengajar BIPA di 204 lembaga. Angka tersebut jelas meningkat secara siginifikan jika dibandingkan catatan capaian tahun lalu sebanyak 221 penugasan di 23 negara, 89 lembaga, dan 8.854 pemelajar. Dari segi kebijakan, program BIPA untuk luar negeri tahun ini dilaksanakan melalui tiga skema, yaitu pengiriman pengajar dari Indonesia, penugasan tenaga pengajar lokal, dan pembelajaran jarak jauh secara daring.
“Tahun ini BIPA lebih banyak menggunakan guru yang merupakan mitra kami baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri. Para diaspora Indonesia memberi dukungan yang luar biasa dan difasilitasi oleh KBRI, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI),” ungkap Kepala Badan.
Hal lain yang membedakan yakni adanya perbedaan pada bahan ajar BIPA. Tahun lalu, bahan ajar BIPA diproduksi di Indonesia, lalu dikirimkan ke luar negeri. Tahun ini, Badan Bahasa melibatkan komunitas lokal untuk masuk menjadi penyusun bahan ajar BIPA. “Sekarang bahan ajar BIPA lebih kontekstual,” lanjutnya.
Terkait Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI), meski sudah dikembangkan sejak 2019, namun mulai pencanangan UKBI Adaptif resmi diluncurkan pada 2021. Berbeda dari sebelumnya, mulai dari tahap pendaftaran hingga penilaian, Badan Bahasa melaksanakannya secara daring. Pada setiap tingkatan/level, jenis soal antar setiap peserta pun berbeda.
“Ketika kami ubah ke metode baru ini, selama 11 bulan, tercatat pesertanya mencapai 166 ribu orang. Berkali-kali lipat jumlahnya dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 62 ribu orang. Kecepatan untuk mendapatkan sertifikat UKBI juga hanya memakan waktu sepekan terkirim ke peserta,” jelas Aminudin Aziz.
Sebagai salah satu wujud komitmen Badan Bahasa untuk memartabatkan bahasa Indonesia melalui sosialisasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, pada tahun ini Badan Bahasa meluncurkan sebuah aplikasi kebahasaan bernama Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia (Sipebi). Aplikasi ini bersifat luring mudah alih (portable) yang berfungsi untuk melakukan perbaikan/penyuntingan teks bahasa Indonesia secara otomasi.
“Tingkat kesalahan paling tinggi ada pada pengunaan kata di untuk imbuhan. Menjadi tantangan tersendiri bagi kami bukan hanya urusan ejaan tapi juga tata bahasa,” ujarnya.
Sipebi secara resmi diluncurkan pada 28 Oktober 2021 dan mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan masyarakat. Sebagai karya perdana dalam hal pemeriksaan ejaan, Sipebi masih dalam tahap pengembangan sehingga dianggap memiliki banyak keterbatasan. “Oleh karena itu, Badan Bahasa sangat terbuka dalam menerima masukan dan saran dari masyarakat pengguna Sipebi untuk dalam upaya penyempurnaan produk ini di masa yang akan datang,” tutur Kepala Badan Bahasa.
Selanjutnya, dalam mendukung Gerakan Linterasi Nasional (GLN), Badan Bahasa pada tahun ini melakukan kegiatan Praktik Baik Literasi bagi Generasi Muda dan Pembinaan Komunitas Literasi. Kegiatan Praktik Baik Literasi bagi Generasi Muda dilakukan dalam rangka meningkatkan budaya literasi, khususnya minat membaca buku nonteks pelajaran dan minat menulis di kalangan generasi muda yang dilakukan di lima kabupaten yakni, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tanahlaut.
Sementara itu, untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pegiat komunitas literasi dalam menggerakkan budaya literasi, terutama literasi dasar baca-tulis kegiatan Pembinaan Komunitas Literasi dilakukan dengan melibatkan pegiat komunitas literasi seperti Kampung Literasi, TBM, dan perpustakaan desa.
“Untuk meningkatkan kualitas buku bahan ajar, kami mengundang penulis profesional yang punya minat menulis bahan literasi dan kami buat sayembara. Ada 800 peserta yang dinilai dari berbagai kelompok dan ditetapkan 75 judul buku yang terpilih kami sebar ke wilayah 3T untuk dicetak tahun depan,” terang Kepala Badan Bahasa.
Di samping itu, pada tahun ini Badan Bahasa juga telah menerjemahkan sejumlah buku teks bahan bacaan anak yakni 1.375 judul cerita anak dan 350 judul buku cerita berbahasa daerah. “Tahun ini ada 1.375 buku terjemahan dari berbagai bahasa asing dan ini akan kami jadikan sebagai bahan pengayaan literasi. Tahun depan, akan kami cetak dan kami distribusikan ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) untuk jenjang PAUD dan SD. Karena literasi harus dibiasakan sejak dini. Sementara untuk di wilayah perkotaan, kami siapkan dalam bentuk arsip lunak (soft file) sehingga bisa diakses kapan saja, di mana saja,” lanjut Aminudin Aziz.
“Kami juga lakukan penerjemahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Agar penulis bahasa daerah dari Sabang sampai Merauke bergairah untuk menulis menggunakan bahasa daerah. Ada 350 judul buku yang berhasil diterjemahkan. Semoga tahun depan lebih banyak lagi,” tambahnya.
Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kian hari juga makin diminati masyarakat. “Per hari ini saja, KBBI sudah 142.331.621 kali diakses. Kami melihat KBBI semakin popular. Dan ini hasil kerja keras tim di bawah Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan didukung ahli leksikografi yang andal yang dikembangkan bersama. KBBI telah melewati dua kali pemutakhiran tahun 2021 April dan Oktober, ada 2.035 lema baru yang ditambahkan ke dalam KBBI daring kita,” jelasnya.
Kegiatan penting lain yang dilakukan oleh Badan Bahasa pada tahun ini adalah Festival Tunas Bahasa Ibu dalam rangka revitalisasi bahasa dan sastra daerah yang diujicobakan di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. “Ada lima Bahasa daerah yang direvitalisasi, yaitu bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Makassar, bahasa Bugis, dan bahasa Toraja,” sebut Kepala Badan Bahasa.
Mitra yang berpartisipasi dalam festival itu cukup banyak, yaitu dinas pendidikan, organisasi, PTN, PTS, komunitas, budayawan, sastrawan, akademisi, serta seniman. Guru dan siswa menjadi mitra terpenting dalam revitalisasi bahasa dan sastra berbasis sekolah. Festival Tunas Bahasa Ibu 2021 ini menghasilkan pedoman untuk penyelenggaraan revitalisasi bahasa dan sastra daerah pada tahun 2022 yang mencakup isu global pelindungan bahasa dan sastra daerah; situasi kebahasaan di Indonesia; tantangan pelindungan bahasa dan sastra daerah; praktik pelindungan bahasa dan sastra selama ini (termasuk adanya FTBI sebagai salah satu praktik baik); pendekatan baru pelindungan bahasa dan sastra daerah; dan contoh materi pembelajaran. (***)
Tinggalkan Balasan